Selasa, 20 Oktober 2015 19:28:00
Dua Beradik Asal Rohil Derita Gizi Buruk
BAGANSIAPIAPI- RSUD RM Pratomo Bagansiapiapi merawat dua kakak beradik, Lasmi (5) dan Laila (9) penderita gizi buruk asal Teluk Pulai Kecamatan Pasir Limau Kapas, Rohil. Dibutuhkan waktu enam pekan paling cepat.
Perawatan dilakukan di Ruang Flamboyan sejak Senin (19/10/15) dan sudah mendapat penanganan yang baik dari pihak rumah sakit.
dr. Suratmin, SpA yang menangani kedua pasien itu menjelaskan, Selasa (20/10/15) dibruang kerjanya, dua pasien itu sudah dipastikan menderita gizi buruk, yang butuh perawatan lama.
"Jelas gizi buruk, jadi perawatan gizi buruk itu memang lama, biasanya paling cepat itu enam minggu. Jadi hari pertama hari kedua, ada namanya fase stabilisasi, hari ketiga sampai hari ke-14 itu ada namanya fase transisi, perbaikan, terus nanti, 14 sampai minggu ke-6 itu namanya fase stabilisasi, distabilkan dia disitu. Terus minggu ke-6 sampai seterusnya, itu baru fase rehabilitasi, sudah sembuh dia, kita perbaiki. Kompleks, kalau gizi buruk itu kompleks, tak satu yang kita perbaiki, banyak kita perbaiki," ujarnya.
RSUD RM Pratomo Bagansiapiapi diklaimnya mampu untuk mengobati kedua pasien itu, asalkan orang tuanya kooperatif. Dan jika ada masyarakat yang mau memberikan bantuan, harus bantuan berupa makanan bergizi, diantaranya telur, tempe, jangan dikasih coklat atau jajanan.
"Penyebabnya, asupan makannya yang kurang. Kadang-kadangkan orang tua, kalau sudah gizi buruk tu udah jelas salahnya di orang tua. Orang tua berpikir, untuk hidup sehat itu harus mahal, harus pakai daging, harus pakai ikan. Padahal itu salah. Kalau nggak ada itu, pakai telur aja, pagi sore, kalau nggak ada itu, pakai tempe, lima potong pagi, lima potong sore, udah cukup. Sama gizinya, jadi nggak harus makan ikan, nggak harus makan daging, supaya dibilang gizinya bagus," katanya.
Program KB gagal
Salah satu bukti kegagalan Program Keluarga Berencana (KB) di Rokan Hilir ditemukannya kasus gizi buruk dua kakak beradik di Teluk Pulai, Kecamatan Pasir Limau Kapas. Ternyata orang tuanya tidak KB dan memiliki delapan anak.
Hasil analisis dan bincang-bincang dengan orang tua penderita gizi buruk, Misna dan Atan Luncung, Selasa (20/10/15) di Ruang Framboyan RSUD RM Pratomo Bagansiapiapi, ternyata mereka baru 4 tahun terakhir ber KB.
Dan anak mereka, Laila (9) dan Lasmini (5) menderita gizi buruk, diklaimnya mendapatkan makanan yang cukup, dimana setiap masak nasi, sebanyak 1,5 kg dan berarti dibutuhkan beras 3 kg sehari, sebulan butuh beras 90 kg.
Biaya itu, kalau dikalkulasikan, dengan harga beras Rp10 ribu/kg, dibutuhkan uang Rp900 ribu untuk pembeli beras sebulan, belum lagi lauk pauknya.
Lalu berapakah penghasilan mereka, ternyata sang suami Atan Lancung, bekerja melaut memakan upah dengan penghasilan sekira Rp500 ribu sebulan, dan sang istri Misna, kerja harian pada salah satu perusahaan dengan penghasilan hanya Rp300 ribu sebulan, berarti ditotal baru Rp800 ribu, tidak mencukupi untuk membeli beras.
Dengan malu-malu, Misna mengaku sebelumnya tidak tahu ber-KB, dan baru menjalaninya 4 tahun belakangan, sehingga anak mereka sudah mencapai delapan orang, dengan si bungsu berumur 5 tahun, berarti, sejak ber-KB, mereka tidak menambah anak lagi.
Makan tidak mencukupi, lalu bagaimana pula dengan pendidikan anaknya, ternyata Laila dan Lasmini tidak sekolah, di samping kendala ekonomi, jarak tempuh tempat tinggal mereka kesekolah memerlukan waktu 2 jam. "Kalau mau berangkat sekolah, harus berangkat jam 6, baru sampai jam 8 disekolah, ya mereka ini, tidak sekolah," katanya polos.
Dari delapan anaknya, ternyata anak kelima meninggal dunia, dia tidak menceritakan apa penyebabnya, namun dari anak yang ada, masih ada yang memiliki keinginan kuat untuk sekolah, diantaranya anak ke-3, ke-4 dan ke-6.
Sang ayah, Atan Lancung berharap, agar Dinas Perikanan dan Kelautan Rohil memberinya bantuan alat tangkap bersama kapal motor, agar bisa menghidupi keluarga, karena selama ini dia hanya makan gaji dengan penghasilan pas-pasan.
Disamping itu, mereka sampai saat ini tidak berladang, sehingga untuk kebutuhan beras, harus membeli. Kebutuhan lauk pauk, juga ala kadarnya, kadang sang suami membawa dari laut, kadang mengambil disekitar rumah, apa adanya.
Kegagalan KB ini juga berimbas kepada pola asuh anak, disaat kedua orang tua mereka bekerja, laila dan Lasmini dijaga sang kakak, yang kebetulan sudah berumur 20 tahun.(sun)