Kamis, 12 November 2015 22:27:00

Seks di Kebun Sawit Bikin HIV/AIDS Riau Melejit

Kalangan Homoseksual Meningkat
Ilustrasi

PEKANBARU- Penyakit HIV/AIDS tidak mengenal strata sosial. Golongan sosial kelas tinggi sampai pekerja kuli kasar dapat terkena penyakit mematikan itu.

Namun, justru di kalangan warga kelas bawah, penyakit yang terutama ditularkan lewat hubungan seksual ini, dapat dengan mudah berkembang tanpa pengawasan dari pihak berwenang.

“Kami pernah melakukan monitoring dan evaluasi sekaligus sosialisasi di wilayah Kabupaten Rokan Hulu. Lokasinya saya tidak ingat persis, namun berada di tengah-tengah rimbunan pohon kelapa sawit," kata Mareno, Koordinator DKAP Riau, Selasa (10/11/2015) kemarin.

DKAP adalah organisasi pemerhati HIV/AIDS yang bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia Riau.

"Di tempat itu ada sebuah pondok yang berfungsi sebagai kafe, menjual bir dan minuman keras murah. Pemilik cafe memutar musik dengan pengeras suara dan menyediakan wanita penghibur dengan bayaran murah pula," ungkap Moreno.

Menurut Moreno, pelanggan di tempat itu kebanyakan pekerja di perkebunan dan warga sekitar. "Di sana kami menemukan kasus HIV dan AIDS,” ujar Mareno.

Meski belum ada penelitian ilmiah, Mareno sangat yakin, perkembangan lahan kelapa sawit yang memenuhi seluruh pelosok Riau, ikut berkontribusi atas menyebarkan virus HIV/AIDS di sana.

Di berbagai perkebunan sawit yang jauh dari domisili penduduk, di negeri Melayu itu, selalu saja ada lokasi prostitusi kecil-kecilan yang memiliki pelanggan tetap dari golongan kelas bawah.

Sehingga, tidak mengherankan jika data Dinas Kesehatan Riau mengungkapkan tidak satupun daerah di Riau, bebas dari penularan penyakit HIV dan AIDS.

Rokan Hulu yang memiliki kafe prostitusi di tengah kebun sawit sejak 1997 sampai Agustus 2015, memiliki 42 orang yang terkena penyakit AIDS. Delapan di antaranya ditemukan pada tahun 2015 ini.

Kisah Rozita, pegawai Dinas Kesehatan Riau yang kerap melakukan penyuluhan kesehatan di berbagai lokalisasi di daerah itu pun cukup menarik perhatian.

Dia menemukan adanya pertukaran pekerja seks dari satu tempat ke tempat lain di wilayah Provinsi Riau.

“Satu kali saya pergi ke lokalisasi di Tembilahan, Indragiri Hilir. Kami memberikan penyuluhan kepada pekerja seks di sana," ujar Rozita.

"Beberapa bulan kemudian, saya melakukan penyuluhan di lokalisasi Kabupaten Rokan Hilir, ternyata di situ saya bertemu dengan pekerja seks asal Tembilahan. Rupanya sesama germo memiliki kaitan," sambung Rozita.

Pekerja seks yang kurang diminati di satu daerah akan ditukar dan dibawa germo lain ke daerah lain dan dianggap sebagai warga baru. "Ini juga bentuk penyebaran HIV/AIDS,” kata Rozita.

Di Kabupaten Rokan Hilir yang merupakan daerah pesisir pantai, pelanggan lokalisasi lebih banyak kalangan nelayan.

Adapun, di lokalisasi pinggir jalan di sepanjang jalan lintas timur Sumatera Riau, pelanggannya lebih banyak kalangan sopir truk.

Tidak mengherankan apabila dalam kelompok pekerjaan, petani dan nelayan dijumpai 35 orang yang menderita AIDS.

Pada 2015 ini, kelompok itu memiliki  enam orang penderita baru.  Kalangan sopir, tukang ojek dan tukang parkir menyumbang 31 orang penderita AIDS.  

Sedangkan, aktivitas kaum homoseksual di Provinsi Riau tidak begitu tampak di permukaan. Namun, tanpa banyak diketahui, penderita penyakit infeksi virus imunodefisiensi pada manusia (HIV) dari kalangan homoseksual ternyata berkembang pesat di negeri Melayu itu.

Data Dinas Kesehatan Riau menunjukkan, angka penderita HIV di kalangan penganut seks lelaki sama lelaki (LSL) pada 2013 mencapai 19 orang dan meningkat menjadi 34 orang pada 2014 atau meningkat 79 persen.

"Terjadi perubahan besar dalam kultur sosial masyarakat Riau. Dahulu, homoseksual dianggap tidak mungkin berkembang, tetapi ternyata sebaliknya," ujar Mareno, Koordinator D-KAP Riau, organisasi pemerhati HIV/AIDS Riau yang bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia Riau, di Pekanbaru, Selasa (10/11/2015).

Berdasarkan data D-KAP, jumlah penderita HIV/AIDS terbesar bukan dari warga pendatang, melainkan penduduk asli Riau.

"Kecenderungan ini semakin mengkhawatirkan. Semestinya, ini menjadi perhatian Pemerintah Provinsi Riau dan Lembaga Adat Melayu Riau," ujar dia.

Sebelas tahun lalu, belum ditemui penderita HIV dari kalangan homoseksual. Kasus pertama HIV baru ditemukan pada tahun 2007, sebanyak dua orang.

Perkembangannya seakan stagnan karena pada tahun 2008 tidak ditemukan kasus baru. Pada 2009, baru ditemukan dua kasus HIV lain.

Perkembangan pesat terjadi pada tahun 2010. Tiba-tiba saja, jumlah penderita HIV meningkat sampai 16 orang dan trennya semakin naik. Pada tahun 2014, jumlah penderitanya sudah mencapai 34 orang.(kpc)

Share
Berita Terkait
  • 8 tahun lalu

    Perkebunan Sawit Riau Rawan Teroris

    Daerah perkebunan sawit yang tersebar di kabupaten di Riau diindikasikan rawan menjadi tempat persembunyian teroris. Hal ini pun disebutkan perlu diwaspadai, karena dinilai berpote
  • 9 tahun lalu

    Penderita HIV dari Homoseksual di Riau Meningkat

    Aktivitas kaum homoseksual di Provinsi Riau tidak begitu tampak di permukaan. Namun, tanpa banyak diketahui, penderita penyakit infeksi virus imunodefisiensi pada manusia (HIV) dar
  • Komentar
    Copyright © 2024 . All Rights Reserved.