Kamis, 29 September 2016 02:49:00

Ketergantungan Riau Terhadap Sektor Migas

Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rahman.

Globalriau.com, PEKANBARU - Provinsi Riau harus bekerja keras menggenjot pembangunan di daerahnya, di tengah pelemahan sektor migas dan perkebunan yang selama ini menjadi andalan. Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman berbagi strategi guna mengakali kondisi itu. Bisnis.com mewawancarainya belum lama ini. Berikut petikannya.

Bagaimana kondisi perekonomian Riau saat ini?

Sebagai penghasil migas, Riau sudah lama dikenal sebagai kontributor produksi terbesar di nasional mencapai 40%, dan ditambah sektor perkebunan seluas 3 juta hektare, didominasi kelapa sawit 2,2 juta hektare, kelapa 400.000 hektare, sisanya karet, pinang, dan lainnya. Lalu ada Hutan Tanaman Industri yang menghasilkan pulp dan kertas dengan perkiraan produksi pulp mencapai 4 juta ton setahun. Selain itu, produksi kelapa sawit sekitar 9 juta ton.

Dua sektor itu sejak 2015 lalu mulai terdampak pelemahan ekonomi global, dimulai dengan pelemahan harga minyak mentah dan CPO yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi Riau pada 2015 hanya 0,22% dengan migas dan 2,53% tanpa migas. Karena situasi inilah kami berpikir kalau Riau tetap bergantung ke migas. Ekonomi daerah ini akan terus melambat, jadi harus ada sektor baru yang dikembangkan, dan Riau harus keluar dari zona nyaman seperti yang terjadi selama ini.

Sektor apa yang akan dikembangkan Riau untuk menggantikan ketergantungan terhadap migas dan perkebunan?

Kami mulai gencar promosi sejak perayaan HUT ke-58 Riau pada tahun lalu, yaitu sektor pariwisata berbasis budaya. Riau punya banyak keunggulan wisata yang bisa digali, di antaranya potensi wisata dari empat sungai besar yang ada yaitu Sungai Rokan, Sungai Siak, Sungai Kampar, dan Sungai Indragiri. Di setiap empat sungai ini mulai dari hulu ke hilir, ada beragam potensi wisata budaya seperti religi, wisata alam, wisata sejarah, wisata olahraga, dan lainnya.

Di Rokan bagian hulunya terkenal wisata religi. Ada negeri atau daerah julukannya Seribu Suluk, juga ada Islamic Centre Nasional di sana. Di hilirnya ada Festival Bakar Tongkang yang setiap tahun didatangi ratusan ribu wisatawan domestik dan asing.

Untuk Siak di hulu mulai dari Tapung ada wisata religi juga. Melewati Pekanbaru dengan sejarah ibu kota di Senapelan hingga ke Kabupaten Siak dengan beragam peninggalan sejarah kerajaan, komplek Istana Siak, dan tentunya agenda tahunan sekarang yaitu Tour de Siak sebagai wisata olahraga.

Di sungai Kampar hulunya ada komplek Candi Muara Takus, PLTA Koto Panjang, hingga bekas peninggalan Jepang yaitu jalur penghubung Lobang Kalam, wisata sejarah dan budaya di Kuok Kampar, hingga ke hilirnya di Kuala Kampar ada wisata minat khusus atau wisata alam berselancar di ombak sungai, Bono. Wisata ini terkenal di mancanegara dan didatangi ratusan peselancar asing.

Terakhir, sungai Indragiri. Hulunya ada kegiatan tahunan Pacu Jalur yaitu lomba sampan yang sudah digelar sejak ratusan tahun lalu. Di sini sudah menjadi agenda wajib wisata daerah dan tentunya agenda nasional. Setelah itu, ada kerajaan di Inhu tepatnya di Rengat hingga ke hilir yaitu Tembilahan sebagai daerah pesisir, menjadi tempat transit burung antarbenua, dan wisata andalannya yaitu Pantai Solop yang berpasir putih terbuat dari kulit kerang.

Apa komitmen pemda untuk mengembangkan objek wisata tersebut?

Kami sudah berkomitmen, tagline ‘Riau The Homeland of Melayu’ sebagai daerah tanah tumpah darah Melayu, semua kabupaten dan kota saat ini gencar berpromosi sampai ke mancanegara. Di tingkat kementerian, pada Mei lalu kami sudah luncurkan kampanye ‘Riau Menyapa Dunia’ dengan salah satu unggulan kami yaitu Bono dan Bakar Tongkat di tingkat regional.

Sementara itu, di tataran pemda, kami dorong penyusunan rencana tata ruang dan wilayah (RTRW) yang ada agar ditetapkan dengan jelas. Daerah pariwisata yang sudah diputuskan tidak bisa diganggu lagi termasuk daerah industri. Dengan begini, kami harap investor berminat untuk masuk dan mengembangkan pariwisata.

Meski begitu, kami tidak berharap investor membangunnya seperti di Bali, Bintan, Lagoi, tapi kami ingin investor bangun dengan partisipasi masyarakat seperti home stay, usaha kuliner, atau bidang ekonomi kreatif yang banyak menyerap tenaga kerja dan berdayakan masyarakat Riau.

Untuk perizinannya tidak perlu khawatir karena kami sudah dorong perbaikan menjadi perizinan satu atap, menjadi lebih ringkas dan cepat, termasuk di kabupaten dan kota. Untuk anggarannya, kami sudah siapkan dana di tiap satuan kerja yang mendorong pariwisata seperti Dinas Pekerjaan Umum membangun jalan ke objek pariwisata, Dinas UKM bertugas meningkatkan kemampuan pengusaha kreatif membuat oleh-oleh, lalu untuk Dinas Pariwisata kami lakukan peningkatan sumber daya manusia di semua sektor seperti jasa perjalanan, hotel, dan transportasi.

Bagaimana dengan pembangunan infrastruktur?

Memang untuk mendorong ekonomi butuh dukungan infrastruktur. Sampai Maret lalu, perekonomian Riau tumbuh 2,33% dengan migas, kalau tanpa migas tentu bisa lebih besar dari itu. Sektor patiwisata yang kami dorong itu punya jarak tempuh beragam dari Pekanbaru. Untuk itu perbaikan akses ke sana kami lakukan bertahap seiring promosi yang terus berjalan.

Sebagian besar objek wisata andalan khususnya alam itu wisata minat khusus. Untuk akses antardaerah, kami sedang mempercepat realisasi jalan penghubung antarprovinsi tetangga seperti Sumatra Utara dan Sumatra Barat, tepatnya ke arah Kabupaten Rokan Hulu. Kalau pekerjaan jalan ini rampung, akses tempuh bisa semakin cepat dan tentunya kunjungan ke Riau semakin ramai. Kami juga gandeng berbagai pihak untuk mendukung kesuksesan promosi wisata dan keterbukaan informasi publik di Riau. Seperti baru-baru ini kami teken MoU dengan Bank BRI untuk pakai jaringan satelitnya membuka akses Internet pakai jaringan Wifi gratis bagi masyarakat di 400 titik kantor jaringan bank itu.

Bagaimana kunjungan wisatawan ke Riau saat ini?

Data resmi terbaru kami belum hitung. Kalau tahun lalu wisatawan domestik 4,5 juta kunjungan dan wisatawan mancanegara sebanyak 50.000 kunjungan. Target tahun ini bisa 100.000 kunjungan. Caranya kami gencar menggelar berbagai festival di daerah kabupaten dan kota. Akhir Agustus kemarin sudah pacu jalur, sebelumnya ada Bakar Tongkang, dan Oktober nanti kami adakan Festival Sagu di Meranti. Untuk merealisasikan event itu, kami menggandeng APJI, akan dipamerkan 350 menu olahan sagu yang disajikan kepada pengunjung festival, sekaligus mengenalkan sagu sebagai komoditas unggulan di daerah Meranti dan Riau.

Dengan berbagai festival yang kami gelar ini, ekonomi masyarakat akan tumbuh, banyak sektor ekonomi penggerak seperti layanan homestay, usaha transportasi rakyat, dan biayanya murah tanpa bergantung kepada APBD, tetapi manfaatnya dirasakan langsung masyarakat karena uangnya beredar di lapangan.

Jika sektor pariwisata diunggulkan, bagaimana Riau mengatasi masalah kabut asap yang akan mengganggu kedatangan tamu?

Tentu saja, Riau sangat perhatikan hal ini karena sebagai daerah strategis, sedikit asap yang muncul di sini akan ribut karena hanya berjarak sekitar 40 kilometer saja asap sampai ke Malaysia dan Singapura. Itulah mengapa Riau jadi perhatian nasional. Presiden, Kapolri, dan Menteri Kehutanan datang ke sini membahas soal asap.

Kondisi terakhir cukup memburuk pada 13 Agustus lalu karena musim kering hujan tidak turun, helikopter bom air sedang overhaul dan pesawat TMC sedang berada di Sumatra Utara. Setelah itu tidak ada lagi, karena tim satgas sudah bekerja optimal dan solid, dan udara pun kembali membaik. Tim satgas Riau sudah menjadi percontohan nasional.

Banyak yang tidak mengetahui kalau Riau berhasil menekan titik api yaitu sebesar 65% dibandingkan dengan 2015 lalu. Ini sebuah prestasi bersama antara kerja sama di daerah dan pemerintah pusat dan semua elemen siaga darurat karhutla.

Lalu bagaimana dengan reformasi birokrasi yang didorong pemerintah pusat?

Kami sudah mulai itu setahun lalu hingga saat ini terus dievaluasi. Ada aparatur yang berkinerja baik dan maksimal, ada juga sedang, dan berkinerja kurang. Tentu akan dibenahi bertahap dan saya sudah diizinkan Kemendagri untuk melakukan evaluasi serta menempatkan aparatur yang bisa bekerja sama untuk membangun Riau menjadi lebih baik, di tengah beratnya tantangan yang ada.

Riau saat ini menjadi tumpuan dan daerah tujuan pencari kerja. Karena itu, Riau bersyukur sudah bersiap dengan “Visi Riau 2020’ yang memayungi kemajemukan dari setiap elemen masyarakat yang datang ke sini, dengan tetap menjunjung prinsip dan falsafah budaya Melayu di setiap kesempatan dan kegiatan resmi kedaerahan.

Di bidang pelayanan dan keterbukaan informasi publik, kami sudah berkomitmen dengan motto ‘Riau Go IT’ yaitu memudahkan pelayanan publik khususnya adminstrasi, perizinan, dan penggunaan anggaran menjadi lebih transparan dan mudah diakses. Sedangkan untuk integritas pemerintahan, kami sudah ikut program Tunas Integritas bersama KPK. Riau saat ini mendapat grade C yang didasarkan pada empat parameter. Kami berkomitmen untuk mendorong peningkatan grade ini dengan membentuk tim percepatan.

Baru-baru ini saya juga sudah ikut kelas Workshop Tunas Integritas for Leader yang ditujukan khusus untuk gubernur, bupati, dan wali kota tertentu untuk peningkatan indeks. Pada November nanti ada kegiatan bazar Tunas Integritas oleh KPK di Pekanbaru yang bekerja sama dengan NGO dan lembaga pendukung lainnya untuk meningkatnya kesadaran integritas pelayanan publik dan pemerintahan.***


Sumber: Bisnis.com
Pewawancara: Arif Gunawan/A. Dadan Muhanda/k14/Adhitya Noviardi/Chamdan Purwoko.

Share
Berita Terkait
  • 2 tahun lalu

    Ketika Emas Hitam dan Hijau Menyatu, Petani Terbantu Sektor Riil pun Bergerak

    Namun mempengaruhi keberadaan bangsa ini ke depan. Diitengah situasi ini, seyogianya anak negeri harus bangkit untuk mencari solusi. Lantas, jalan keluar seperti apa untuk men
  • 4 tahun lalu

    Berkesan, Puncak LKTJ dan Video SKK Migas Dilakukan Secara Virtual

    Pjs Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut Haryanto Syafri mengapresiasi para pemenang lomba dan seluruh wartawan Riau yang telah ikut berkontribusi dalam kompetisi ini. Dirinya berh
  • 4 tahun lalu

    Manfaatkan Lahan dan CSR Pertamina, Nasib Cs Mampu Hasilkan Puluhan Juta

    Namun hingga akhirnya tahun 2014, PT Pertamina RU II Dumai resmi menyalurkan corporate social responsibility (CSR) hingga produksi tani Nasib Cs bisa semakin meningkat.
  • 6 tahun lalu

    Tidak Ada APBNP 2018, Sektor Migas Stagnan!

    Legislator asal Fraksi PKS itu menambahkan, saat ini capaian APBN 2018 jika dicermati beberapa asumsi disektor migas tidak sesuai dengan realisasi yang terjadi, khususnya pada kuar
  • Komentar
    Copyright © 2024 . All Rights Reserved.